Jumat, 15 April 2011

REVOLUSI


“Pesan sang Ibu”

Pesan sang ibu, Tat kala aku menyarungkan pedang & bersimpuh diatas pangkuannya

Tertumpah rasa kerinduanku pada sang ibu

Tangannya yg halus mulus membelai kepalaku, tergetarlah seluruh jiwa ragaku

Musnahlah seluruh api semangat juangku

Namun, sang ibu berkata : anakku sayang apabila kakimu sudah melangkah ditengah padang tancapkanlah kakimu dalam dalam

Dan tetaplah terus bergumam, sebab gumam adalah mantra dari dewa dewa

Gumam mengandung ribuan makna,

apabila gumam sudah menyatu dg jiwa raga maka gumam akan berubah menjadi teriakan2 yg nantiny akan berubah menjadi gelombang salju yg besar

yg nantinya akan mampu merobohkan istana yg penuh kepalsuan

gedung2 yg dihuni kaum munafik

Tatanan negeri ini sudah hancur anakku, dihancurkan oleh sang penguasa negeri ini

Mereka hanya bisa bersolek didepan kaca

tapi membiarkan punggungnya penuh noda dan penuh lendir hitanm yg baunya kemana2

Mereka selalu menyemprot kemaluannya dg parfum luar negeri

Diluar berbau wangi didalam penuh dg bakteri

dan hebatny, sang penguasa negeri ini, pandai bermain akrobat, tubuhnya mampu dilipat2 yg akhirny pantat & kemaluannya sendiri mampu dijilat2

Anakku, apabila pedang sudah kau cabut, janganlah surut janganlah bicara soal menang dan kalah sebab menang dan kalah hanyalah mimpi2 , mimpi2 muncul dari sebuah keinginan

keinginan hanyalah sebuah khayalan yg hanya akan melahirkan harta & kekuasaan

harta & kekuasaan hanyalah balon2 sabun yg terbang diudara

Anakku, asahlah pedangmu

ajaklah mereka bertarung ditengah padang lalu tusukkan pedangmu ditengah2 selakangan mereka

Biarkan darah tertumpah dinegeri ini

Satukan gumammu menjadi revolusi