Kamis, 30 Juli 2015

Kado Perkawinan Muhtar Said & Asna Lutfa


Coretan ini kubuat dengan kesadaran penuh, tanpa tekanan dan tendensi politik. Hehehe.... Tanpa analisis yang tajam dan referensi seperti kawan-kawan yang lain, hanya menceriterakan pengalaman dan pandanganku kepada kedua mempelai. Kupersembahkan untuk kang Said & Mbak Asna yang akan segera mengakhiri masa lajangnya. Sungguh dosa apa yang harus kutanggung kalau sampai aku tak memberikan kado berupa tulisan atas pernikahannya, banyak pengalaman menarik bersamanya. Kang Said bagiku bagaikan teman untuk sharing, pengayom dan pelindung seperti kakak, pengarah bagai guru namun terkadang juga sebagai musuh. Hihihi....
Muhtar Said???!!! siapa yang tak kenal nama tersebut di jagad pergerakan Kota Semarang? namanya begitu melegenda. Kang Said, begitu sapaan akrab untuk Muhtar Said. Manusia yang kukenal sejak pertama kali aku menginjakkan kaki di lantai perguruan tinggi (baca;kampus FH UNNES) yang waktu itu menjadi ketua panitia Program Pengenalan Akademik (PPA), dengan semangat menggebu dan tak ketinggalan narsisnya masih melekat pada dirinya sampai sekarang.
Berkawan dengan kang Said membuatku mendapat banyak hal, dari ilmu, jaringan pergerakan sampai pengalaman yang unik. Mengenai hal unik, orang ini mempunyai karakter dan sifat unik (baca:nyeleneh) yang pasti kadang tidak umum dalam pribadi orang lain hingga seolah ia mempunyai brand sendiri. Sewaktu kuliah ia dikenal sebagai mahasiswa pergerakan + intelektual yang tidak terlalu suka dengan hal yang formal, sering dalam perkuliahan tidak mengenakan pakaian yang sebagaimana ditentukan, baginya kuliah mengenakan kaos dan sandal lebih enjoy dan nyaman dalam menerima materi perkuliahan (atau mungkin ada alasan lain, seperti tidak ada sepatu misalnya) hehehe......
Sebagai mahasiswa pergerakan, dikampus Muhtar Said juga ikut andil dalam masa-masa awal berdirinya Fakultas Hukum UNNES yang waktu itu masih menjadi jurusan dan tergabung di Fakultas Ilmu Sosial, juga bersama kawan-kawan pergerakan lain memprakarsai beberapa Unit Kegiatan Mahasiswa dan di BEM ia menjadi SekJend, posisi yang sebenarnya aneh karena sudah ada Wakil Ketua BEM dan Sekretaris BEM. Hal yang menggelikan adalah ternyata kang Said ketua pertama UKM Pramuka, entah hal apa yang membuatnya menjadi ketua salah satu Unit Kegiatan Mahasiswa yang seperti kita ketahui kegiatannya adalah penuh dengan hal yang formal dan sangat kontras dengan pribadinya.
Dalam bidang keilmuan dikampus kang Said bersama kawan-kawan konsentrasi HTN-HAN mendirikan komunitas diskusi MATAHATI (Mahasiswa Pecinta Hukum Tata Negara & Administrasi Indonesia) dan diluar kampus juga aktif dalam diskusi dan komunitas-komunitas salah satunya adalah Komunitas Embun Pagi yang beberapa tahun lalu melahirkan buku “Embun Pagi Ngelindur”. Sedangkan dalam hal praktis & advokasi ia dulu aktif di N.G.O Democration Watch Organization (Dewa Orga) dan pernah menjadi ketua Perhimpunan Mahasiswa Hukum Indonesia Cabang Semarang dimana aktif membela kaum proletar yang waktu itu sering bekerja sama dengan LBH Semarang dan jaringan lainnya.
Dalam hidupnya ia dipengaruhi 2 tokoh besar bangsa ini, pemikirannya tentang Hukum terpengaruh oleh Hukum Progresif Prof. Satjipto Rahardjo yang kemudian bersama kawan-kawan kaum Tjipian dan beberapa tokoh hukum mendirikan Satjipto Rahardjo Institute untuk mengembangkan pemikiran Prof Tjip tersebut. Di dunia pergerakan ia dipengaruhi oleh tokoh kontroversial Tan Malaka sehingga menginspirasinya beberapa waktu lalu terdapat Sekolah Tan Malaka. Dari pengaruh 2 tokoh tersebut dan konsekuensinya dalam dunia penelitian kang Said berhasil membuat buku atas namanya sendiri dengan judul “Politik Hukum Tan Malaka”. Ruh Tan Malaka seakan merasuk dalam diri kang Said dimana didepan orang-orang ia selengek'an dan seolah tak beragama namun didepan Tuhannya ia sesungguhnya adalah orang yang sangat mengerti agama.
Selain itu bersama kawan-kawan pergerakan seperti mas Andi Tri Haryono, mas Syukron Salam, mas Taufiq, mas Haris, mas Luluk (Awaludin Marwan), mas Edi Subhan, dll mendirikan Rumah Buku Simpul Semarang, sebuah pusat pergerakan dan intelektual di sekitar kampus UNNES, kampus tempat orang-orang tersebut dulunya menimba ilmu dan menjalani kehidupan.
Di masa mudanya kang Said adalah orang yang selalu gelisah dan paling tidak nyaman berada di zona nyaman yang kebanyakan orang berpikiran bahwa seharusnya orang itu nyaman berada di zona nyaman. Setelah merampungkan kuliah S2 di MIH Undip ia merantau ke ibukota negara dan merintis semacam lembaga peneliian bernama PUSTOKUM (Pusat Studi Tokoh Pemikiran Hukum) bersama Prof. Jimly dan beberapa tokoh hukum lain dimana beberapa waktu lalu telah menerbitkan buku, padahal sebelumnya sudah bekerja di Komisi Informasi Jawa Tengah.
Kang Said adalah orang yang lugu, kehidupannya sederhana namun dengan pemikirannya yang revolusioner membuatnya mempunyai pedoman “biar miskin asal sombong”... hohoho...... ia orang yang peduli dan sangat menjaga silaturahmi dengan kawan-kawannya. Dimanapun ia berada akan sangat mudah mendapatkan walau hanya teman ngobrol karena selain tingkahnya yang lucu gaya bicaranya juga apa adanya... namun apabila dalam diskusi walaupun dengan gaya bicara yang lucu, namun sebenarnya analisisnya sangat tajam dengan dalil-dalil dan pengetahuannya yang sangat luas, hal tersebut didapat karena memang kang Said suka membaca dan menulis... dengan kelucuannya itu membuat kawan-kawan menganggap bahwa ia seakan tak pernah merasa marah apalagi susah, itulah kang Said yang sepertinya tak ingin membagikan kesusahan kepada teman-temannya.
Asna Lutfa, wanita yang akhirnya akan menjadi tambatan akhir kang Said. Perempuan cerdas yang kini masih menempuh studi di ITB Bandung dan juga aktivis bahkan pernah menjadi ketua di salah satu organisasi pergerakan mahasiswa. Mereka berdua adalah pasangan yang sangat serasi dan saling melengkapi satu dengan lainnya. beruntunglah kang Said mendapatkan wanita yang tepat untuk mengarungi bahtera rumah tangga, pun demikian mbak Asna tentu juga sangat beruntung mendapatkan kang Said, orang yang jujur, sederhana dan tulus, tentunya itu menjadi idaman bagi setiap wanita. Perjalanan cinta mereka sampai akan naik ke pelaminan bukanlah tanpa hambatan, namun demikian keduanya berhasil melaluinya.
Selamat menempuh hidup baru kang Muhtar Said dan mbak Asna Lutfa yang insya Allah ijab kabul perkawinannya akan dilaksanakan di Pekalongan, 1 Agustus 2015. Semoga menjadi keluarga yang sakinah, mawadah & warahmah dengan selalu diiringi kebahagiaan...

"PERJUANGAN TAK AKAN TERHENTI KARENA PERNIKAHAN"



David Bayu Narendra
Godong, 30 Juli 2015



1 komentar: